Tampilkan postingan dengan label Anak Bangsa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Anak Bangsa. Tampilkan semua postingan

Minggu, 16 September 2012

SMS Tanpa Mengetik, Cobalah Yooi



SMS Tanpa Mengetik, Cobalah Yooi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengembang aplikasi asal Bandung, Jawa Barat, telah membuat sebuah aplikasi ponsel yang memungkinkan penggunanya bisa berkomunikasi sms maupun panggilan telepon tanpa harus menyentuh perangkat.

Dengan kemampuannya itu, Yooi, akan sangat membantu bagi pengguna yang tengah mengemudikan mobil karena sms dapat dilakukan hanya dengan perintah suara.

Sepintas, aplikasi itu mirip dengan teknologi pengenal suara Apple iPhone Siri. Perbedaanya, iPhone Siri harus tetap terhubung online ke server Apple sedangkan aplikasi Yooi langsung tertanam pada perangkat.

"Kalau Siri membutuhkan waktu sekitar satu menit untuk merespon perintah karena harus terhubung ke Internet dan itu belum kalau sinyalnya jelek. Tapi, aplikasi ini hanya butuh 10 detik untuk merespon perintah tanpa terhubung ke Internet," kata Kepala Pengemang Aplikasi Yooi, Suyanto, ketika berpartisipasi dalam Indonesia ICT Award (INAICTA) 2012 di Jakarta pada Jumat (14/9).

Suyanto mengatakan aplikasi lokal itu dapat meminimalisir gangguan-gangguan ketika kita sedang berkendara atau sedang rapat. Uniknya, aplikasi memuat kosakata bahasa daerah seperti bahasa Sunda, Jawa, Batak, Tegal dan Betawi selain bahasa utama Indonesia.

Suyato memperagakan, "Anda tidak perlu repot-repot mengetik, cukup dekatkan ponsel pintar ke mulut anda dan ucapkan 'maaf saya sedang di jalan, nanti saya hubungi kembali atau saya sedang rapat'. Lalu anda bilang kirim ke nama yang dituju misal Budi. Maka pesan secara otomatis akan tertulis di layar pesan teks dan langsung terkirim ke Budi."

"Aplikasi ini dapat meminimalisir gangguan-gangguan yang menggangu fokus ketika sedang berkendara mobil," kata Dosen jurusan Artificial Intellegence di STT Telkom, Bandung Sayangnya, aplikasi itu baru menyimpan sekitar seribu kosakata yang hanya bersifat darurat seperti ketika mengemudi mobil atau berada di dalam rapat. Untuk saat ini, belum dapat digunakan untuk mengetik pesan atau catatan yang terdiri dari banyak kata.

"Untuk saat ini memang masih terbatas ketersediaan kosakatanya tapi kami masih akan terus mengembangkan. Para pengguna bisa menambahkan sendiri kata-kata yang diinginkannya. Aplikasi ini tidak menyediakan bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya, asli Indonesia," katanya.

"Untuk penambahan perbendaharaan kosakata daerah, kami akan menggandeng komunitas kedaerahan untuk bersedia memasukan kosakata daerahnya ke database aplikasi ini," katanya.

Meskipun demikian, aplikasi ini bisa menangkap perintah di tempat yang bising sekali dan mengatur kecepatan suara. Untuk mendapatkan aplikasi itu, anda bisa mengunduhnya di Google Play.

"Kata Yooi diambil dari kata-kata yang umum digunakan masyarakat yang berarti iya," kata Jeffry Adityatama, salah satu staf pengembang.

Selasa, 28 Agustus 2012

Lakon ''Pada Suatu Ketika'', Transformer ala Indonesia

Di jejaring video sosial Youtube.com dan vimeo.com beredar video animasi berjudul Lakon Pada Suatu Ketika. Animasi tersebut kini jadi buah bibir sebagai karya anak Indonesia yang menakjubkan. Banyak yang sudah berbagi video ini di jejaring Facebook ataupun Twitter.

Apa istimewanya? Video selama 4 menit 12 detik ini memang memuat animasi yang menyerupai dunia nyata. Tampilannya mirip animasi Up dari rumah produksi Pixar. Tapi kisahnya mengambil latar belakang Jakarta dengan segala kesumpekannya. Mulai dari bajaj ke kopaja hingga warung kaki lima.

Kisahnya berawal dari keriuhan di sebuah pasar tradisional. Iringan kasidah Perdamaian dari radio transmitor mengiringi seorang bapak tua yang berniat menyuap mi bakso. Mendadak, frekuensi radio berhenti dan semua bangunan bergetar. Rupanya dari arah langit datang benda tak dikenal serupa pesawat angkasa.

Pesawat tersebut mengirimkan gelombang yang menyebabkan semua kendaraan bermotor berubah. Idenya mirip film Transformer. Tapi yang berubah adalah bajaj, motor tua, dan kopaja, sehingga terlihat menggelikan. Klip ini memicu rasa penasaran karena kisahnya tak tuntas dan berlanjut tahun depan, 2012.

Geregetan jadinya. Buatan situs lakonanimasi.com ini memang berbeda. Ritmenya cepat dengan detail yang lengkap hingga botol kecap yang bergetar dan kepulan asap dari penyapu jalanan saja terlihat jelas.



sumber: www.tempo.co

Lakon ''Pada Suatu Ketika'', Transformer ala Indonesia

Di jejaring video sosial Youtube.com dan vimeo.com beredar video animasi berjudul Lakon Pada Suatu Ketika. Animasi tersebut kini jadi buah bibir sebagai karya anak Indonesia yang menakjubkan. Banyak yang sudah berbagi video ini di jejaring Facebook ataupun Twitter.

Apa istimewanya? Video selama 4 menit 12 detik ini memang memuat animasi yang menyerupai dunia nyata. Tampilannya mirip animasi Up dari rumah produksi Pixar. Tapi kisahnya mengambil latar belakang Jakarta dengan segala kesumpekannya. Mulai dari bajaj ke kopaja hingga warung kaki lima.

Kisahnya berawal dari keriuhan di sebuah pasar tradisional. Iringan kasidah Perdamaian dari radio transmitor mengiringi seorang bapak tua yang berniat menyuap mi bakso. Mendadak, frekuensi radio berhenti dan semua bangunan bergetar. Rupanya dari arah langit datang benda tak dikenal serupa pesawat angkasa.

Pesawat tersebut mengirimkan gelombang yang menyebabkan semua kendaraan bermotor berubah. Idenya mirip film Transformer. Tapi yang berubah adalah bajaj, motor tua, dan kopaja, sehingga terlihat menggelikan. Klip ini memicu rasa penasaran karena kisahnya tak tuntas dan berlanjut tahun depan, 2012.

Geregetan jadinya. Buatan situs lakonanimasi.com ini memang berbeda. Ritmenya cepat dengan detail yang lengkap hingga botol kecap yang bergetar dan kepulan asap dari penyapu jalanan saja terlihat jelas.



sumber: www.tempo.co

Game Antikorupsi Buatan Bocah 13 Tahun Siap Diunduh

BANDUNG, KOMPAS - Game bertemakan antikorupsi buatan Fahma Waluya Rosmansyah (13), Raid the Rats, akhirnya rampung setelah digarap sejak awal tahun 2012 dengan resmi tersedia di App Store sejak tanggal 19 Juli 2012.

Dibandingkan versi beta dari game ini, Raid the Rats, memiliki beberapa perbedaan pada segi visual maupun sistem permainan.

Raid the Rats sempat menjadi pembicaraan karena dibuat oleh Fahma yang saat itu masih berusia 12 tahun dan sempat dipresentasikan di depan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Abraham Samad. Sejak semula, game ini dibuat Fahma dengan semangat pemberantasan korupsi.

Saat ini, game tersebut bisa diunduh secara gratis di App Store. Untuk sementara, baru tersedia untuk platform iOS.

Sewaktu dimainkan, beberapa perbedaan yang cukup mencolok dari game ini adalah penggunaan karakter garuda sebagai tokoh utama, menggantikan robot pada versi beta.

Garuda membawa bambu yang bisa menembak layaknya meriam ke arah tikus yang berlarian dari arah kanan layar menuju kiri layar. Sistem permainan tetap sama, tokoh utama harus menghalangi tikus yang ingin mencapai bagian kiri layar dengan ditembak.

Dari cara bermain, kontrolnya sedikit lebih rumit karena kini melibatkan dua tangan. Jari tangan kanan mengarahkan tembakan sementara jari tangan kiri menggerakkan karakter protagonis.

Sayangnya, game ini hanya menyediakan tiga tingkatan permainan. Dua tingkatan pertama tidak mengharuskan kita untuk menggerakkan sang Garuda, hanya mengarahkan tembakan ke tikus yang berlarian ke arah kiri layar. Pada tingkat dua, hal yang sama terjadi tapi kecepatan tikus berlipat ganda.

Pada tingkat tiga, kecepatan tikus kembali normal tapi kali ini sebagian dari mereka membawa karung uang yang dilemparkan ke Garuda dan harus dihindari. Dengan demikian pemain harus bisa menghindari lemparan karung uang sembari menembaki para tikus.

Setelah tingkat tiga selesai, begitu pula permainannya. Sebaiknya memang harus ditambahkan tingkatan lagi pada update berikutnya.

Latar belakang permainan juga tidak berubah dari tingkat pertama hingga ketiga yakni sebuah sofa yang tidak dijelaskan maksud dan konteksnya dengan permainan.

Keterbatasan segi visual terjadi karena hampir seluruhnya dilakukan oleh Fahma, sehingga barangkali bisa dipertimbangkan jasa ilustrator agar membuat goresan visualnya jauh lebih rapi dan baik lagi.

Untuk muatan pendidikan, game ini layak diacungi jempol karena memberikan pengetahuan mengenai korupsi terutama bagi pelajar seperti mencontek, memalak, bolos sekolah, hingga memberikan hadiah kepada guru agar bisa menaikkan nilainya.

Game Antikorupsi Buatan Bocah 13 Tahun Siap Diunduh

BANDUNG, KOMPAS - Game bertemakan antikorupsi buatan Fahma Waluya Rosmansyah (13), Raid the Rats, akhirnya rampung setelah digarap sejak awal tahun 2012 dengan resmi tersedia di App Store sejak tanggal 19 Juli 2012.

Dibandingkan versi beta dari game ini, Raid the Rats, memiliki beberapa perbedaan pada segi visual maupun sistem permainan.

Raid the Rats sempat menjadi pembicaraan karena dibuat oleh Fahma yang saat itu masih berusia 12 tahun dan sempat dipresentasikan di depan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Abraham Samad. Sejak semula, game ini dibuat Fahma dengan semangat pemberantasan korupsi.

Saat ini, game tersebut bisa diunduh secara gratis di App Store. Untuk sementara, baru tersedia untuk platform iOS.

Sewaktu dimainkan, beberapa perbedaan yang cukup mencolok dari game ini adalah penggunaan karakter garuda sebagai tokoh utama, menggantikan robot pada versi beta.

Garuda membawa bambu yang bisa menembak layaknya meriam ke arah tikus yang berlarian dari arah kanan layar menuju kiri layar. Sistem permainan tetap sama, tokoh utama harus menghalangi tikus yang ingin mencapai bagian kiri layar dengan ditembak.

Dari cara bermain, kontrolnya sedikit lebih rumit karena kini melibatkan dua tangan. Jari tangan kanan mengarahkan tembakan sementara jari tangan kiri menggerakkan karakter protagonis.

Sayangnya, game ini hanya menyediakan tiga tingkatan permainan. Dua tingkatan pertama tidak mengharuskan kita untuk menggerakkan sang Garuda, hanya mengarahkan tembakan ke tikus yang berlarian ke arah kiri layar. Pada tingkat dua, hal yang sama terjadi tapi kecepatan tikus berlipat ganda.

Pada tingkat tiga, kecepatan tikus kembali normal tapi kali ini sebagian dari mereka membawa karung uang yang dilemparkan ke Garuda dan harus dihindari. Dengan demikian pemain harus bisa menghindari lemparan karung uang sembari menembaki para tikus.

Setelah tingkat tiga selesai, begitu pula permainannya. Sebaiknya memang harus ditambahkan tingkatan lagi pada update berikutnya.

Latar belakang permainan juga tidak berubah dari tingkat pertama hingga ketiga yakni sebuah sofa yang tidak dijelaskan maksud dan konteksnya dengan permainan.

Keterbatasan segi visual terjadi karena hampir seluruhnya dilakukan oleh Fahma, sehingga barangkali bisa dipertimbangkan jasa ilustrator agar membuat goresan visualnya jauh lebih rapi dan baik lagi.

Untuk muatan pendidikan, game ini layak diacungi jempol karena memberikan pengetahuan mengenai korupsi terutama bagi pelajar seperti mencontek, memalak, bolos sekolah, hingga memberikan hadiah kepada guru agar bisa menaikkan nilainya.

Orang Indonesia yang Ikut Membangun Mesin Pencari Microsoft




Penghujung tahun 2005 di kota Sydney, Australia, seorang pemuda yang lahir dan besar di Sukabumi, Jawa Barat, mencoba peruntungan melamar kerja sebagai teknisi software di Microsoft. 

Wawancara selama 6 jam ia ladeni, dan hasilnya tidak sia-sia, kini ia bekerja di kantor pusat Microsoft.

Henry Tan Setiawan masih ingat betul momen berharga itu. Kala itu Microsoft sedang menggelarrecruitment trip di beberapa negara, salah satunya Australia. Dan, kala itu pula ia masih kuliah di University of Technology Sydney untuk mengejar gelar PhD yang diemban sejak 2003.

Henry mulai bekerja untuk Microsoft pada Januari 2006 di kota Redmond, Washington, Amerika Serikat, dan langsung menangani layanan Messenger Server. Jabatannya kala itu adalah Software Design Engineer (SDE).
 
"Karier saya benar-benar dimulai dari bawah," katanya saat ditemui di kantor Microsoft Indonesia, Kamis (7/6/2012).

Ia tak ingin kuliahnya telantar. Karena itu, harus pintar-pintar membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Hingga pada 2007, Henry berhasil mendapat gelar PhD di bawah bimbingan Prof Tharam S Dillon.

Sukabumi

Anak bungsu dari dua bersaudara ini lahir di Sukabumi pada 7 Desember 1979, dari pasangan Jan Setiawan dan Ina Setiawan. Ia besar di tengah keluarga mampu. Ayah dan ibunya adalah pedagang hasil bumi dan ternak.

"Saya termasuk anak yang beruntung karena orangtua bisa menyekolahkan ke luar negeri," Henry mengakui.

Sejak kecil Henry sudah menyukai Matematika dan Fisika. Ia kemudian kuliah di Singapura pada 1998 lalu, diteruskan ke Australia.

Di Australia, ia bekerja untuk menambah penghasilan. Henry pernah bekerja sebagai loper koran dan menjaga supermarket. "Waktu itu saya kerja di supermarket dapat shift subuh. Bayarannya terbilang besar, sekitar 25 sampai 30 dollar per jamnya. Bayaran shift pagi memang besar."

Ia juga pernah bekerja di sebuah startup bernama SpeedAlert, yang membuat aplikasi untuk mendeteksi dan memperingatkan batas kecepatan seseorang yang membawa kendaraan di jalan raya Australia. Australia memang menerapkan sistem batas kecepatan berlalu lintas. Karena itulah, ia rela bekerja di startup ini dan tidak dibayar. "Yang saya butuhkan adalah pengalaman dan portofolio," tuturnya.

Semasa di luar negeri, biasanya Henry menjalin komunikasi dengan keluarga di Indonesia menggunakan aplikasi chatting dan video call Skype. 

Ketika ada kesempatan untuk kembali ke kampung halaman, Henry dan istri, Theresia Lesmana, membawa serta kedua putrinya, yakni Enrika Claire (5,5 tahun) dan Eidee Laurel (3,5 tahun).

"Anak-anak saya bisa bahasa Indonesia, tapi masih pelo-pelo," kata Henry sembari tertawa. "Dan kalau ke Indonesia, pasti anak saya dapat kosakata baru yang kedengarannya lucu-lucu."

Membangun mesin pencari Bing

Henry merupakan salah satu dari sekitar 80 orang asal Indonesia yang bekerja di kantor pusat Microsoft di Redmond.

Sejak Oktober 2008, ia dipercaya untuk mengembangkan Bing, sebuah proyek reinkarnasi dari tiga produk mesin pencari Microsoft sebelumnya, yaitu Live Search, Windows Live Search, dan MSN Search. 

Bing, yang diluncurkan pada 3 Juni 2009, diasuh oleh banyak orang dari bermacam tim. Saking banyaknya, Henry tak bisa mengira-ngira berapa jumlah orang yang ikut mengembangkan Bing.

Henry punya peran besar di Bing. Ia turut membuat platform Bing. Tugas sehari-harinya kini memimpin urusan teknis dan inkubasi jangka panjang indeks pencarian. Timnya menyortir URL dari situs web dan blog yang baru lahir di seluruh dunia. 

"Ada beribu-ribu URL, kapasitasnya petabyte, bukan lagi gigabyte atau terabyte," ucap Henry sambil menunjukkan screenshot di layar komputer bagaimana ia dan tim menyortir URL-URL baru.

Di sini timnya harus memilih konten apa yang paling relevan dengan hasil pencarian. Mulai dari berita, gambar, video, yang ada di situs web ataupun blog. Berita terkini selalu berada di garis depan pencarian.

Karier Henry di Microsoft terbilang cepat, ia naik jabatan jadi Software Design Engineer 2 (SDE 2) dan sekarang sudah Senior SDE.

Bing memang dibuat Microsoft untuk melawan dominasi Google di ranah mesin pencari. Namun, bukan berarti Bing mengekor fitur-fitur yang ada di Google. "Kami ingin selangkah lebih maju. Jadi tidak mengikuti pemimpin pasar, tapi kita harus membuat sesuatu yang baru," tegas Henry.

Bing berhasil menyerang kelemahan Google yang kini tidak diizinkan mencari konten Facebook. Sejak 2012, Bing bekerja sama dengan Facebook untuk menampilkan hasil pencarian konten-konten di situs jejaring sosial terbesar di dunia itu. Google sempat meradang karena hal ini, dan menyebut Facebook telah menyandera data penggunanya.

Sekarang Henry ingin membangun jaringan dengan Microsoft di Indonesia. Henry senang begitu mengetahui bahwa Microsoft Indonesia punya program yang membantu kelahiran dan menjaga hubungan antar-startup di Indonesia. 

"Saya berkomitmen untuk menjalin hubungan dengan Microsoft Indonesia. Dan saya ingin mulai memperhatikan ekosistem bisnis software di Indonesia," aku Henry.

Sebagai orang Indonesia yang berhasil menembus kantor pusat Microsoft, Henry mengatakan bahwa orang Indonesia punya kemampuan teknis yang mumpuni, tak kalah, dan bahkan setara dengan orang dari negara lain. Yang menjadi masalah sekarang, menurut Henry, adalah soal jaringan.

Ketika bertemu orang yang hebat, ada baiknya untuk menjalin komunikasi dan hubungan yang baik. "Yang terpenting adalah jaringan, bagaimana kita membangun jaringan. Begitu ada kesempatan, maka sesuatu akan terjadi," ucap Henry.

Ia menyarankan, ada baiknya kampus-kampus di Indonesia menjalin hubungan baik dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Ia pun tak memungkiri bahwa keberhasilannya bekerja di Microsoft pusat tak lepas dari faktor jaringan dan tentu saja, keberuntungan.
http://zonapencarian.blogspot.com/

Orang Indonesia yang Ikut Membangun Mesin Pencari Microsoft




Penghujung tahun 2005 di kota Sydney, Australia, seorang pemuda yang lahir dan besar di Sukabumi, Jawa Barat, mencoba peruntungan melamar kerja sebagai teknisi software di Microsoft. 

Wawancara selama 6 jam ia ladeni, dan hasilnya tidak sia-sia, kini ia bekerja di kantor pusat Microsoft.

Henry Tan Setiawan masih ingat betul momen berharga itu. Kala itu Microsoft sedang menggelarrecruitment trip di beberapa negara, salah satunya Australia. Dan, kala itu pula ia masih kuliah di University of Technology Sydney untuk mengejar gelar PhD yang diemban sejak 2003.

Henry mulai bekerja untuk Microsoft pada Januari 2006 di kota Redmond, Washington, Amerika Serikat, dan langsung menangani layanan Messenger Server. Jabatannya kala itu adalah Software Design Engineer (SDE).
 
"Karier saya benar-benar dimulai dari bawah," katanya saat ditemui di kantor Microsoft Indonesia, Kamis (7/6/2012).

Ia tak ingin kuliahnya telantar. Karena itu, harus pintar-pintar membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Hingga pada 2007, Henry berhasil mendapat gelar PhD di bawah bimbingan Prof Tharam S Dillon.

Sukabumi

Anak bungsu dari dua bersaudara ini lahir di Sukabumi pada 7 Desember 1979, dari pasangan Jan Setiawan dan Ina Setiawan. Ia besar di tengah keluarga mampu. Ayah dan ibunya adalah pedagang hasil bumi dan ternak.

"Saya termasuk anak yang beruntung karena orangtua bisa menyekolahkan ke luar negeri," Henry mengakui.

Sejak kecil Henry sudah menyukai Matematika dan Fisika. Ia kemudian kuliah di Singapura pada 1998 lalu, diteruskan ke Australia.

Di Australia, ia bekerja untuk menambah penghasilan. Henry pernah bekerja sebagai loper koran dan menjaga supermarket. "Waktu itu saya kerja di supermarket dapat shift subuh. Bayarannya terbilang besar, sekitar 25 sampai 30 dollar per jamnya. Bayaran shift pagi memang besar."

Ia juga pernah bekerja di sebuah startup bernama SpeedAlert, yang membuat aplikasi untuk mendeteksi dan memperingatkan batas kecepatan seseorang yang membawa kendaraan di jalan raya Australia. Australia memang menerapkan sistem batas kecepatan berlalu lintas. Karena itulah, ia rela bekerja di startup ini dan tidak dibayar. "Yang saya butuhkan adalah pengalaman dan portofolio," tuturnya.

Semasa di luar negeri, biasanya Henry menjalin komunikasi dengan keluarga di Indonesia menggunakan aplikasi chatting dan video call Skype. 

Ketika ada kesempatan untuk kembali ke kampung halaman, Henry dan istri, Theresia Lesmana, membawa serta kedua putrinya, yakni Enrika Claire (5,5 tahun) dan Eidee Laurel (3,5 tahun).

"Anak-anak saya bisa bahasa Indonesia, tapi masih pelo-pelo," kata Henry sembari tertawa. "Dan kalau ke Indonesia, pasti anak saya dapat kosakata baru yang kedengarannya lucu-lucu."

Membangun mesin pencari Bing

Henry merupakan salah satu dari sekitar 80 orang asal Indonesia yang bekerja di kantor pusat Microsoft di Redmond.

Sejak Oktober 2008, ia dipercaya untuk mengembangkan Bing, sebuah proyek reinkarnasi dari tiga produk mesin pencari Microsoft sebelumnya, yaitu Live Search, Windows Live Search, dan MSN Search. 

Bing, yang diluncurkan pada 3 Juni 2009, diasuh oleh banyak orang dari bermacam tim. Saking banyaknya, Henry tak bisa mengira-ngira berapa jumlah orang yang ikut mengembangkan Bing.

Henry punya peran besar di Bing. Ia turut membuat platform Bing. Tugas sehari-harinya kini memimpin urusan teknis dan inkubasi jangka panjang indeks pencarian. Timnya menyortir URL dari situs web dan blog yang baru lahir di seluruh dunia. 

"Ada beribu-ribu URL, kapasitasnya petabyte, bukan lagi gigabyte atau terabyte," ucap Henry sambil menunjukkan screenshot di layar komputer bagaimana ia dan tim menyortir URL-URL baru.

Di sini timnya harus memilih konten apa yang paling relevan dengan hasil pencarian. Mulai dari berita, gambar, video, yang ada di situs web ataupun blog. Berita terkini selalu berada di garis depan pencarian.

Karier Henry di Microsoft terbilang cepat, ia naik jabatan jadi Software Design Engineer 2 (SDE 2) dan sekarang sudah Senior SDE.

Bing memang dibuat Microsoft untuk melawan dominasi Google di ranah mesin pencari. Namun, bukan berarti Bing mengekor fitur-fitur yang ada di Google. "Kami ingin selangkah lebih maju. Jadi tidak mengikuti pemimpin pasar, tapi kita harus membuat sesuatu yang baru," tegas Henry.

Bing berhasil menyerang kelemahan Google yang kini tidak diizinkan mencari konten Facebook. Sejak 2012, Bing bekerja sama dengan Facebook untuk menampilkan hasil pencarian konten-konten di situs jejaring sosial terbesar di dunia itu. Google sempat meradang karena hal ini, dan menyebut Facebook telah menyandera data penggunanya.

Sekarang Henry ingin membangun jaringan dengan Microsoft di Indonesia. Henry senang begitu mengetahui bahwa Microsoft Indonesia punya program yang membantu kelahiran dan menjaga hubungan antar-startup di Indonesia. 

"Saya berkomitmen untuk menjalin hubungan dengan Microsoft Indonesia. Dan saya ingin mulai memperhatikan ekosistem bisnis software di Indonesia," aku Henry.

Sebagai orang Indonesia yang berhasil menembus kantor pusat Microsoft, Henry mengatakan bahwa orang Indonesia punya kemampuan teknis yang mumpuni, tak kalah, dan bahkan setara dengan orang dari negara lain. Yang menjadi masalah sekarang, menurut Henry, adalah soal jaringan.

Ketika bertemu orang yang hebat, ada baiknya untuk menjalin komunikasi dan hubungan yang baik. "Yang terpenting adalah jaringan, bagaimana kita membangun jaringan. Begitu ada kesempatan, maka sesuatu akan terjadi," ucap Henry.

Ia menyarankan, ada baiknya kampus-kampus di Indonesia menjalin hubungan baik dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Ia pun tak memungkiri bahwa keberhasilannya bekerja di Microsoft pusat tak lepas dari faktor jaringan dan tentu saja, keberuntungan.
http://zonapencarian.blogspot.com/

Agen pulsa all operator

 SUPER TELKOMSEL PROMO ======================= 🍒 TMP5 = 4.975 🍒 TMP10 = 9.975 SUPER INDOSAT PROMO =============== 🧀 IMS5 = 5.395 🧀 IMS10...