Selasa, 09 Oktober 2012

Potret Arab Saudi di Masa Datang:Menghilangkan Jejak Rasulullah?


Tahukah anda? Makkah sekarang sudah seperti Las Vegas?
Arab Saudi, seperti juga negara-negara lain yang bergelimang harta, terus melakukan modernisasi. Selain secara pemikiran, seperti diangkatnya seorang perempuan dalam jajaran kementrian di negara itu, juga pembangunan fisik pun dilakukan. Tetapi, pengembangan Arab Saudi, khususnya kota suci Makkah dan Madinah akhir-akhir ini tidak memedulikan situs-situs sejarah Islam.
Makin habis saja bangunan yang menjadi saksi sejarah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan sahabatnya.
Bangunan-bangunan itu dibongkar karena berbagai alasan, namun sebagian besar karena ingin menyesuaikan dengan kota-kota besar di dunia lainnya. Bahkan sekarang, tempat kelahiran Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam terancam akan dibongkar untuk perluasan tempat parkir.
Sebelumnya, rumah Rasulullah pun sudah lebih dulu digusur. Padahal, disitulah Rasulullah berulang-ulang menerima wahyu. Di tempat itu juga putra-putrinya dilahirkan serta Khadijah meninggal.

mecca-bucks

 Beberapa bulan yang lalu, Sami Angawi, pakar arsitektur Islam di wilayah Arab mengatakan bahwa beberapa bangunan dari era Islam kuno terancam musnah. Pada lokasi bangunan berumur 1.400 tahun Itu akan dibangun jalan menuju menara tinggi yang menjadi tujuan ziarah jamaah haji dan umrah.
 parking-area
 "Saat ini kita tengah menyaksikan saat-saat terakhir sejarah Makkah. Bagian bersejarahnya akan segera diratakan untuk dibangun tempat parkir," katanya kepada Reuters. Angawi menyebut setidaknya 300 bangunan bersejarah di Makkah dan Madinah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir.
12
Bahkan sebagian besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi berdiri pada 1932. Hal tersebut berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan. Mereka banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam sejak masa Ar-Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
ke
Semua jejak jerih payah Rasulullah itu habis oleh modernisasi. Sebaliknya mereka malah mendatangkan para arkeolog (ahli purbakala) dari seluruh dunia dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali peninggalan-peninggalan sebelum Islam baik yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya dengan dalih obyek wisata.
kabah
 Kemudian dengan bangga mereka menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, tidak diragukan lagi ini merupakan pelenyapan bukti sejarah yang akan menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari. Wallohu alam bi shawab. (sa/skpc/erm) 
sumber

Minggu, 30 September 2012

8: JALAN MEMPEROLEHI MAKRIFAT

APABILA TUHAN MEMBUKAKAN BAGIMU JALAN UNTUK MAKRIFAT, MAKA JANGAN HIRAUKAN TENTANG AMALMU YANG MASIH SEDIKIT KARENA ALLAH S.W.T TIDAK MEMBUKA JALAN TADI MELAINKAN DIA BERKEHENDAK MEMPERKENALKAN DIRI-NYA KEPADA KAMU.

    Kalam-kalam Hikmat yang diuraikan terlebih dahulu mengajak kita merenung secara mendalam tentang pengartian amal, Qada dan Qadar, kehendak dan ikhtiar, doa dan janji Allah s.w.t , yang semuanya itu mendidik rohani agar melihat kecilnya apa yang datangnya daripada hamba dan betapa besar pula apa yang dikurniakan oleh Allah s.w.t. Rohani yang terdidik begini akan membentuk sikap beramal tanpa melihat kepada amalan itu sebaliknya melihat amalan itu sebagai kurniaan Allah s.w.t yang wajib disyukuri. Orang yang terdidik separti ini tidak lagi membuat tuntutan kepada Allah s.w.t tetapi membuka hati nuraninya untuk menerima taufik dan hidayat daripada Allah s.w.t.

    Orang yang hatinya suci bersih akan menerima pancaran Nur Sir dan mata hatinya akan melihat kepada hakikat bahwa Allah s.w.t, Tuhan Yang Maha Mulia, Maha Suci dan Maha Tinggi tidak mungkin ditemui dan dikenali kecuali jika Dia mau ditemui dan dikenali. Tidak ada ilmu dan amal yang mampu menyampaikan seseorang kepada Allah s.w.t. Tidak ada jalan untuk mengenal Allah s.w.t. Allah s.w.t hanya dikenali apabila Dia memperkenalkan ‘diri-Nya’. Penemuan kepada hakikat bahwa tidak ada jalan yang terhulur kepada gerbang makrifat merupakan puncak yang dapat dicapai oleh ilmu. Ilmu tidak mampu pergi lebih jauh dari itu. Apabila mengetahui dan mengakui bahwa tidak ada jalan atau tangga yang dapat mencapai Allah s.w.t maka seseorang itu tidak lagi bersandar kepada ilmu dan amalnya, apa lagi kepada ilmu dan amal orang lain. Bila sampai di sini seseorang itu tidak ada pilihan lagi melainkan menyerah sepenuhnya kepada Allah s.w.t.
    Bukan senang mau membulatkan hati untuk menyerah bulat-bulat kepada Allah s.w.t. Ada orang yang mengetuk pintu gerbang makrifat dengan doanya. Jika pintu itu tidak terbuka maka semangatnya akan menurun hingga boleh membawa kepada berputus asa. Ada pula orang yang berpegang dengan janji Allah s.w.t bahwa Dia akan membuka jalan-Nya kepada hamba-Nya yang berjuang pada jalan-Nya. Kuatlah dia beramal agar dia lebih layak untuk menerima kurniaan Allah s.w.t sebagaimana janji-Nya. Dia menggunakan kekuatan amalannya untuk mengetuk pintu gerbang makrifat. Bila pintu tersebut tidak terbuka juga maka dia akan merasa ragu-ragu.

    Dalam perjalanan mencari makrifat seseorang tidak terlepas daripada kemungkinan menjadi ragu-ragu, lemah semangat dan berputus asa jika dia masih bersandar kepada sesuatu selain Allah s.w.t. Hamba tidak ada pilihan kecuali berserah kepada Allah s.w.t, hanya Dia yang memiliki kuasa Mutlak dalam menentukan siapakah antara hamba-hamba-Nya yang layak mengenali Diri-Nya. Ilmu dan amal hanya digunakan untuk membentuk hati yang berserah diri kepada Allah s.w.t. Aslim atau menyerah diri kepada Allah s.w.t adalah perhentian di hadapan pintu gerbang makrifat. Hanya para hamba yang sampai di perhentian aslim ini yang berkemungkinan menerima kurniaan makrifat. Allah s.w.t menyampaikan hamba-Nya di sini adalah tanda bahwa si hamba tersebut dipersiapkan untuk menemui-Nya. Aslim adalah makam berhampiran dengan Allah s.w.t. Siapa yang sampai kepada makam ini haruslah terus membenamkan dirinya ke dalam lautan penyerahan tanpa menghiraukan banyak atau sedikit ilmu dan amal yang dimilikinya. Sekiranya Allah s.w.t kehendaki dari makam inilah hamba diangkat ke Hadrat-Nya.
    Jalan menuju perhentian aslim yaitu ke pintu gerbang makrifat secara umumnya terbagi kepada dua. Jalan pertama dinamakan jalan orang yang mencari dan jalan kedua dinamakan jalan orang yang dicari. Orang yang mencari akan melalui jalan di mana dia kuat melakukan mujahadah, berjuang melawan godaan hawa nafsu, kuat melakukan amal ibadat dan gemar menuntut ilmu. Zahirnya sibuk melaksanakan tuntutan syariat dan batinnya memperteguhkan iman. Dipelajarinya tarekat tasauf, mengenal sifat-sifat yang tercela dan berusaha mengikiskannya daripada dirinya. Kemudian diisikan dengan sifat-sifat yang terpuji. Dipelajarinya perjalanan nafsu dan melatihkan dirinya agar nafsunya menjadi bertambah suci hingga meningkat ke tahap yang diridoi Allah s.w.t. Inilah orang yang diceritakan Allah s.w.t dengan firman-Nya:
    Dan orang-orang yang berusaha dengan bersungguh-sungguh karena memenuhi kehendak agama Kami, sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke jalan-jalan Kami (yang menjadikan mereka bergembira serta beroleh keridoan); dan sesungguhnya (pertolongan dan bantuan) Allah adalah beserta orang-orang yang berusaha membaiki amalannya. ( Ayat 69 : Surah al-‘Ankabut )
    Wahai manusia! Sesungguhnya engkau senantiasa berpenat - (menjalankan keadaan hidupmu) dengan segala upayamu hinggalah (semasa engkau) kembali kepada Tuhanmu, kemudian engkau tetap menemui balasan apa yang telah engkau usahakan itu (tercatit semuanya). (Ayat 6 : Surah al-Insyiqaaq )
    Orang yang bermujahadah pada jalan Allah s.w.t dengan cara menuntut ilmu, mengamalkan ilmu yang dituntut, memperbanyakkan ibadat, berzikir, menyucikan hati, maka Allah s.w.t menunjukkan jalan dengan memberikan taufik dan hidayat sehingga terbuka kepadanya suasana berserah diri kepada Allah s.w.t tanpa ragu-ragu dan rido dengan perlakuan Allah s.w.t. Dia dibawa hampir dengan pintu gerbang makrifat dan hanya Allah s.w.t saja yang menentukan apakah orang tadi akan dibawa ke Hadrat-Nya ataupun tidak, dikurniakan makrifat ataupun tidak.
    Golongan orang yang dicari menempuh jalan yang berbeda daripada golongan yang mencari. Orang yang dicari tidak cenderung untuk menuntut ilmu atau beramal dengan tekun. Dia hidup selaku orang awam tanpa kesungguhan bermujahadah. Tetapi, Allah s.w.t telah menentukan satu kedudukan kerohanian kepadanya, maka takdir akan mengheretnya sampai ke kedudukan yang telah ditentukan itu. Orang dalam golongan ini biasanya berhadapan dengan sesuatu peristiwa yang dengan serta-merta membawa perubahan kepada hidupnya. Perubahan sikap dan perbuatan berlaku secara mendadak. Kejadian yang menimpanya selalunya berbentuk ujian yang memutuskan hubungannya dengan sesuatu yang menjadi penghalang di antaranya dengan Allah s.w.t. Jika dia seorang raja yang beban kerajaannya menyebabkan dia tidak mampu mendekati Allah s.w.t, maka Allah s.w.t mencabut kerajaan itu daripadanya. Terlepaslah dia daripada beban tersebut dan pada masa yang sama timbul satu keinsafan di dalam hatinya yang membuatnya menyerahkan dirinya kepada Allah s.w.t dengan sepenuh hatinya. Sekiranya dia seorang hartawan takdir akan memupuskan hartanya sehingga dia tidak ada tempat bergantung kecuali Tuhan sendiri. Sekiranya dia berkedudukan tinggi, takdir mencabut kedudukan tersebut dan ikut tercabut ialah kemuliaan yang dimilikinya, digantikan pula dengan kehinaan sehingga dia tidak ada tempat untuk dituju lagi kecuali kepada Allah s.w.t. Orang dalam golongan ini dihalang oleh takdir daripada menerima bantuan daripada makhluk sehingga mereka berputus asa terhadap makhluk. Lalu mereka kembali dengan penuh kerendahan hati kepada Allah s.w.t dan timbullah dalam hati mereka suasana penyerahan atau aslim yang benar-benar terhadap Allah s.w.t. Penyerahan yang tidak mengharapkan apa-apa daripada makhluk menjadikan mereka rido dengan apa saja takdir dan perlakuan Allah s.w.t. Suasana begini membuat mereka sampai dengan cepat ke perhentian pintu gerbang makrifat walaupun ilmu dan amal mereka masih sedikit. Orang yang berjalan dengan kendaraan bala bencana mampu sampai ke perhentian tersebut dalam masa dua bulan sedangkan orang yang mencari mungkin sampai dalam masa dua tahun.
    Abu Urairah r.a menceritakan yang beliau r.a mendengar Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya:
    Allah berfirman: “ Apabila Aku menguji hamba-Ku yang beriman kemudian dia tidak mengeluh kepada pengunjung-pengunjungnya maka Aku lepaskan dia dari belenggu-Ku dan Aku gantikan baginya daging dan darah yang lebih baik dari yang dahulu dan dia boleh memperbarui amalnya sebab yang lalu telah diampuni semua”.
    Amal kebaikan dan ilmunya tidak mampu membawanya kepada kedudukan kerohanian yang telah ditentukan Allah s.w.t, lalu Allah s.w.t dengan rahmat-Nya mengenakan ujian bala bencana yang menariknya dengan cepat kepada kedudukan berhampiran dengan Allah s.w.t. Oleh yang demikian tidak perlu dipersoalkan tentang amalan dan ilmu sekiranya keadaan yang demikian terjadi kepada seseorang hamba-Nya.

7: PENGARTIAN JANJI ALLAH SWT

 JANGAN SAMPAI MERAGUKAN KAMU TERHADAP JANJI ALLAH KARENA TIDAK TERLAKSANA APA YANG TELAH DIJANJIKAN, MESKIPUN TELAH TERTENTU (TIBA) MASANYA, SUPAYA KERAGUAN ITU TIDAK MERUSAKKAN MATA HATI KAMU DAN TIDAK MEMADAMKAN CAHAYA SIR (RAHASIA ATAU BATIN) KAMU.

    Doa dan janji Allah s.w.t berkait rapat. Allah s.w.t menjanjikan untuk menerima semua doa. Hamba sudah sangat kuat dan kerap berdoa. Hamba mendoakan agar diselamatkan daripada sesuatu musibah. Masa musibah itu sampai sudah tiba tetapi keselamatan daripadanya tidak tiba. Timbul keraguan dalam hati hamba itu tentang janji-janji Allah s.w.t.
    Sebagian orang beriman diuji dengan penerimaan atau penolakan doa dan sebagian yang lain diuji dengan tertunai atau tertahan janji Allah s.w.t. Janji Allah s.w.t ada dalam bentuk umum dan ada dalam bentuk khusus.
Janji umum banyak terdapat di dalam al-Quran separti janji syurga terhadap orang yang berbuat kebajikan, janji neraka terhadap orang yang derhaka, janji ketinggian derajat bagi orang yang berjihad pada jalan Allah s.w.t, janji kekuasaan di atas muka bumi terhadap orang yang beriman dan beramal salih dan lain-lain lagi. Di dalam surah an-Nisaa’ ayat 95 Allah s.w.t menjanjikan ganjaran yang besar kepada orang yang berjihad pada jalan-Nya. Dalam surah an-Nur ayat 55 Allah s.w.t menjanjikan kepada orang yang beriman dan beramal salih bahwa mereka akan dijadikan khalifah di bumi, Dia akan teguhkan agama mereka dan Dia akan hilangkan ketakutan mereka.

    Banyak lagi janji Allah s.w.t yang boleh ditemui di dalam al-Quran. Janji-janji Allah s.w.t secara umumnya berkaitan dengan amal, sesuai dengan sunnatullah yang menguasai perjalanan kehidupan. Ada juga janji secara khusus kepada orang-orang tertentu, misalnya melalui mimpi atau suara ghaib. Orang yang beriman dengan Allah s.w.t percaya kepada janji-janji-Nya. Janji Allah s.w.t menjadi pendorong kepada mereka untuk bekerja kuat, beramal salih dan berjihad pada jalan-Nya. Allah s.w.t tidak sekali-kali akan memungkiri janji-janji-Nya. Di dalam golongan yang percaya kepada janji-janji Allah s.w.t itu ada sebilangan yang berpenyakit separti yang dihidapi oleh sebilangan orang yang berdoa kepada Allah s.w.t. Orang yang berdoa membuat tuntutan dengan doanya dan orang yang percaya kepada janji Allah s.w.t membuat tuntutan dengan amalnya, karena Allah s.w.t berjanji memberinya sesuatu menurut amalannya.
    Hikmat ketujuh mengaitkan janji Allah s.w.t dengan mata hati dan Nur Sir (Rahasia atau batin). Persoalan mata hati telah disentuh pada Hikmat ke lima. Penyingkapan rahasia mata hati menemukan kita dengan persoalan diri zahir, diri batin dan seterusnya kepada persoalan roh. Suluhan mata hati membawa kepada pengenalan terhadap Alam Barzakh dan keabadian. Mata hati yang kuat tidak berhenti setakat Alam Barzakh, malah ia menginkan kepada peringkat alam yang lebih tinggi yang dinamakan Alam Malakut Atas. Pandangan mata hati seterusnya sampai kepada kulit alam yang dinamakan Arasy Yang Meliputi. Semua makhluk Allah s.w.t menghuni ruang yang di dalam atau dibatasi oleh kulit atau kerangka alam, yaitu Arasy. Tidak ada mahluk yang wujud di luar dari kulit alam. Walaupun kulit alam merupakan kejadian Tuhan yang paling luar namun, mata hati tidak berhenti setakat itu. Mata hati terus meneroka ‘di luar’ dari kulit alam, yang dipanggil Wujud ketuhanan. Di sini timbul persoalan berat dan rumit untuk diuraikan. Semua kejadian berada di dalam kulit alam. Kulit alam adalah yang terakhir. Apabila sampai kepada kulit alam tidak boleh lagi dikatakan wujud alam ketuhanan di luar, selepas, di sebalik dan istilah-istilah lain, karena tidak ada apa-apa lagi. Kewujudan ketuhanan bukanlah satu jenis alam lain. Tidak boleh dikatakan wujud alam ketuhanan selepas alam kita ini. Allah s.w.t Berdiri Dengan Sendiri, tidak menempati ruang. Jika demikian persoalannya bagaimanakah yang dikatakan ketuhanan sedangkan kita sudah menjelajah ke seluruh alam maya namun, Allah s.w.t tidak juga ditemui?
    Antara alam yang sementara dengan alam abadi terdapat Alam Barzakh. Barzakh adalah sempadan. Barzakh itulah yang menghubungkan dua keadaan yang berbeda. Misalnya, barzakh bagi laut dan sungai ialah kuala. Air laut adalah asin dan air sungai adalah tawar. Air pada barzakh keduanya yaitu kuala adalah bertemu asin dengan tawar yang dinamakan payau. Payau bukan asin dan bukan lain daripada asin. Payau juga bukan tawar dan bukan lain daripada tawar. Kuala bukan laut dan bukan sungai dan bukan juga lain daripada laut dan sungai. Jika mau lihat laut dan sungai dengan sekali pandang atau sebagai satu kewujudan maka lihatlah kepada kuala. Jika mau merasai asin dan tawar sekaligus maka rasailah air payau.
    Jika terdapat barzakh di antara makhluk dengan makhluk, terdapat juga barzakh di antara Tuhan dengan makhluk. Barzakh inilah yang menjadi penghubung di antara Tuhan dengan hamba. Tanpa barzakh ini tidak mungkin berlaku kewujudan makhluk yang diciptakan Tuhan karena tidak ada talian atau jembatan yang menghubung. Barzakh di antara Allah s.w.t dengan hamba itu dinamakan Sir atau Rahasia, yaitu Rahasia Allah s.w.t, yang hanya Allah s.w.t yang mengetahui hakikatnya yang sebenar. Rahasia inilah yang memungkinkan ada hubungan di antara Pencipta dengan yang di cipta. Sir atau Rahasia itu memancarkan nurnya kepada mata hati. Mata hati yang bersuluhkan Nur Sir (rahasia ketuhanan) akan mendapat pengenalan tentang Sir dan mengalami suasana tauhid peringkat yang tartinggi. Apabila hakikat Sir ditemui nyatalah firman Allah s.w.t:
    Dan Kami adalah lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, - ( Ayat 16 : Surah Qaaf )
    Dan Ia tetap bersama-sama kamu di mana saja kamu berada. ( Ayat 4 : Surah al-Hadiid )
    “Padahal Allah yang mencipta kamu dan benda-benda yang kamu perbuat itu!”( Ayat 96 : Surah as-Saaffaat )
    Dan kamu tidak dapat menentukan kemauan kamu (mengenai sesuatu pun), kecuali dengan cara yang diatur oleh Allah, Tuhan yang memelihara dan menkehendakkan seluruh alam. ( Ayat 29 : Surah at-Takwiir)
    Tiada daya dan upaya kecuali beserta Allah.
    Apa yang ada pada kita semuanya adalah kurniaan dari Allah s.w.t. Kemauan kita untuk melakukan amal salih datangnya dari Iradat Allah s.w.t, tanpa Iradat Allah s.w.t kita akan menjadi dungu, tidak berkemauan. Apabila kita melakukan amal kebaikan, kita tidak terlepas daripada menggunakan daya dan upaya yang datangnya dari Allah s.w.t. Tanpa Kudrat Allah s.w.t kita tidak mampu bergerak. Kebolehan kita untuk berdoa dan beramal adalah kurniaan daripada Allah s.w.t.
    Mereka mengira dirinya berbudi kepadamu (wahai Muhammad) dengan sebab mereka telah Islam (tidak melawan dan tidak menentang). Katakanlah (kepada mereka): “Jangan kamu mengira keislaman kamu itu sebagai budi kepada saya, bahkan (kalaulah sah dakwaan kamu itu sekalipun maka) Allah jualah yang berhak membangkit-bangkitkan budi-Nya kepada kamu, karena Dialah yang memimpin kamu kepada iman (yang dakwakan itu), kalau betul kamu orang-orang yang benar (pengakuan imannya). ( Ayat 17 : Surah al-Hujuraat )
    Kehendak dan perbuatan kita adalah anugerah daripada Allah s.w.t. Jadi, apakah hak kita untuk menuntut Allah s.w.t dengan doa dan amal kita. Memang benar Allah s.w.t berjanji untuk mengabulkan semua doa dan mengurniakan sesuatu menurut amalan. Tetapi, tidak ada makhluk-Nya yang layak menagih janji tersebut. Janji Allah s.w.t kembali kepada diri-Nya Sendiri. Jangan coba-coba menuntut janji Allah s.w.t karena andainya Dia menuntut kamu dengan amanah yang dipertaruhkan kepada kamu niscaya semua amalan kamu akan hancur berterbangan separti debu, tidak ada walau sebesar zarah pun yang layak dipersembahkan kepada-Nya apabila kamu dihadapkan kepada keadilan-Nya.
    Lantaran itu berteduhlah di bawah payung rahmat dan keampunan-Nya, jangan diungkit-ungkit tentang amal kamu dan janji-Nya. Contohilah akhlak Rasulullah s.a.w yang telah menerima janji Allah s.w.t yaitu baginda s.a.w telah bermimpi memasuki kota Makkah. Kaum muslimin percaya bahwa mimpi Rasulullah s.a.w adalah mimpi yang benar dan mereka yakin bahwa itu adalah janji Allah s.w.t kepada Rasul-Nya, yang Dia mengizinkan mereka bersama-sama memasuki kota Makkah sekalipun musyrikin Quraisy masih menguasai kota tersebut. Kaum muslimin berangkat dari Madinah ke Makkah. Rombongan mereka dihadang sebelum sampai di Makkah. Kaum musyrikin enggan membenarkan kaum muslimin memasuki Makkah. Ekoran dari peristiwa itu terjadilah Perjanjian Hudaibiah. Rasulullah s.a.w bersetuju agar kaum muslimin tidak memasuki Makkah pada tahun itu. Saidina Umar al-Khattab r.a yakin akan mimpi Rasulullah s.a.w. Beliau r.a juga percaya bahwa mimpi Rasulullah s.a.w itu adalah janji Allah s.w.t mengizinkan mereka memasuki kota Makkah. Beliau r.a juga yakin bahwa lantaran janji Allah s.w.t adalah benar maka bertegas memasuki Makkah walaupun dengan cara berperang adalah tindakan yang benar. Beliau r.a menganjurkan agar berperang supaya kebenaran mimpi Rasulullah s.a.w dan kebenaran janji Allah s.w.t menjadi kenyataan. Iman Umar r.a yang sangat mendalam membuatnya mau maju terus menurut petunjuk yang sampai kepada beliau r.a. tanpa menoleh ke kanan atau ke kiri. Saidina Abu Bakar as-Siddik yang Nur Sirnya lebih sempurna daripada Nur Sir Umar r.a bersikap menyetujui tindakan Rasulullah s.a.w mengadakan Perjanjian Hudaibiah. Melalui suluhan Nur Sirnya Abu Bakar r.a dapat menyaksikan apa yang terlindung dari pandangan mata hati Umar r.a.
    Kemudian ternyata perjanjian tersebut banyak memberi manfaat kepada kaum muslimin. Ternyata kebijaksanaan Rasulullah s.a.w menyetujui Perjanjian Hudaibiah dan kebenaran pandangan mata hati Abu Bakar r.a melalui pancaran Nur Sirnya. Sesuai dengan Perjanjian Hudaibiah, pada tahun berikutnya kaum muslimin dapat memasuki kota suci Makkah secara aman. Benarlah apa yang dimimpikan oleh Rasulullah s.a.w dan benarlah janji Allah s.w.t. Rasulullah s.a.w menerima janji Allah s.w.t sebagai satu kurniaan yang wajib diyakini dengan cara bertawakal kepada Allah s.w.t dalam pelaksanaannya. Bila terjadi sesuatu yang pada zahirnya menujung pelaksanaan janji Allah s.w.t itu Rasulullah s.a.w tidak menagih Allah s.w.t dengan janji tersebut, sebaliknya baginda s.a.w mengembalikannya kepada Allah s.w.t. Sebagai balasan terhadap kerelaan menerima takdir Allah s.w.t maka Allah s.w.t kurniakan pula Perjanjian Hudaibiah yang banyak membantu perkembangan dakwah Islam. Allah s.w.t juga tidak sekali-kali melupakan janji-Nya mengizinkan kaum muslimin menziarahi tanah suci Makkah, dengan rahmat-Nya kaum muslimin memasuki kota Makkah pada tahun berikutnya dalam suasana aman. Jadi, apabila janji Allah s.w.t dikembalikan kepada Allah s.w.t maka Allah s.w.t melaksanakannya.
    Peristiwa di atas memberi pengajaran kepada kita tentang Sir. Saidina Abu Bakar as-Siddik r.a melebihi sahabat-sahabat yang lain lantaran Sirnya, yaitu Rahasia pada hati nuraninya yang menghubungkannya dengan Allah s.w.t. Sir yang menguasainya itulah yang menjadikannya as-Siddik. Beliau r.a dapat membenarkan kebenaran Nabi Muhammad s.a.w tanpa usul. Beliau r.a membenarkan peristiwa Israk dan Mikraj ketika kebanyakan kaum Quraisy menafikannya. Abu Bakar r.a bukanlah seorang dungu yang bertaklid secara membuta tuli. Tetapi, apa yang sampai kepadanya diakui oleh Sirnya yang memperolehi pengesahan daripada Allah s.w.t. Cahaya kebenaran yang keluar daripada Rasulullah s.a.w dan cahaya kebenaran yang keluar dari Sir Abu Bakar r.a adalah sama, sebab itulah Abu Bakar r.a membenarkannya tanpa usul dan tanpa meminta bukti. Bukti apa lagi yang diperlukan apabila Sir telah mendapat jawaban daripada Allah s.w.t. Sir atau Rahasia Allah s.w.t itulah yang tidak bercerai lepas daripada Allah s.w.t, senantiasa menghadap kepada Allah s.w.t dan mendengar Kalam Allah s.w.t. Sir itulah yang mengenal Allah s.w.t
    Kemurnian Sir Abu Bakar as-Siddik r.a ternyata lagi ketika kewafatan Rasulullah s.a.w. Umar r.a yang dikuasai oleh iman yang sangat kuat yang melahirkan cinta yang mendalam terhadap Rasulullah s.a.w, Kekasih Allah s.w.t, dikuasai kecintaan itu, beliau r.a mau memancung kepala siapa saja yang mengatakan Rasulullah s.a.w sudah wafat. Tetapi, Abu Bakar r.a, yang kecintaannya terhadap Rasulullah s.a.w mengatasi kecintaan Umar r.a mampu mengatakan, “Siapa yang menyembah Muhammad maka sesungguhnya Muhammad sudah wafat. Siapa yang menyembah Allah s.w.t maka Allah s.w.t tidak akan wafat selama-lamanya!” Begitulah murninya cahaya atau nur yang diterima oleh Abu Bakar r.a di dalam hatinya yang dipancarkan oleh Sir. Tidak salah jika dikatakan sekiranya mau memahami hakikat Sir maka fahamilah diri Saidina Abu Bakar as- Siddik r.a. Mengenali beliau r.a membuat seseorang mengenali tanda-tanda Sir.
    Kalam Hikmat ketujuh ini memberi panduan untuk memahami hakikat Sir. Tanda seseorang tidak mendapat sinaran Nur Sir ialah dia meragui janji-janji Allah s.w.t lantaran dia mentakrif maksud janji Allah s.w.t menurut seleranya sendiri. Bagaimana kedudukan kita terhadap janji Allah s.w.t begitulah keadaan hati kita berhubung dengan Rahasia Allah s.w.t atau Sir.

Agen pulsa all operator

 SUPER TELKOMSEL PROMO ======================= 🍒 TMP5 = 4.975 🍒 TMP10 = 9.975 SUPER INDOSAT PROMO =============== 🧀 IMS5 = 5.395 🧀 IMS10...