Wanita makhluk ciptaan Allah, sesuai dengan fitrahnya, dan secara  sunnatullah disiapkan berpasangan dengan ciptaan Allah dari jenis  laki-laki. Allah menciptakan sedemikian rupa, sehingga kaum wanita sudah  ditakdirkan untuk mengandung dan melahirkan generasi penerus  selanjutnya. Bila sudah baligh, maka otomatis alat-alat khusus yang  sudah tercipta dariNya akan mengalami perubahan fungsi. Tiap bulan akan  mengeluarkan darah, sebagai tanda juga bahwa sang wanita tersebut secara  fisik sudah bisa hamil. Datangnya haid tiap bulan pun akan menghalangi  pula para wanita untuk beribadah kepadaNya, misalnya shalat, puasa, dan  lain-lain. Dan ini sudah menjadi ketentuan Allah yang harus ditaati.
Sebagaimana ‘Aisyah menjelaskan ketika ditanya Mua’dzah: “Mengapakah  wanita haidh mengqhada shaum dan tidak mengqadha shalat?” ‘Aisyah  menjelaskan.
كَانَ يُصِيْبُنَا ذَلِكَ مَعَ رَسُوْلِ الله فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَوْمِ وَ لاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ
Kami mengalami hal itu pada masa Rasulullah, maka kami diperintah untuk  mengqadha shaum dan tidak tidak diperintah mengqadha shalat. [Muttafaqun  alaih]
Sungguh luas dan besar ilmu Allah dalam penciptaan seorang wanita dengan  peralatan yang rumit di dalamnya, dan tidak ada seorang pun yang bisa  menandingiNya. Dan di berikut ini, kita akan melihat sekelumit tentang  terjadinya darah haid. Mudah-mudahan kita akan semakin bersyukur kepada  Allah atas karunia kepada hambaNya di bumi ini.
MENGENAL ALAT REPRODUKSI WANITA
Sebelum lebih jauh mengenal mekanisme normal darah haid, perlu kita  kenali alat-alat reproduksi wanita yang ada hubungannya dengan darah  haid tersebut. Ini menyangkut alat reproduksi wanita terutama bagian  dalam.
Urutan dari bawah ke atas:
1. Vagina (Saluran Kemaluan).
Organ ini merupakan penghubung antara pintu vagina ke dalam rahim  (uterus). Saluran ini tersusun dari otot-otot, dan di dalamnya berbentuk  lipatan-lipatan yang bisa melebar pada saat persalinan.
2. Uterus (Rahim).
Mirip dengan buah advokat atau buah peer. Uterus memang berbentuk  seperti buah tersebut, tetapi sedikit gepeng ke arah muka belakang.  Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Uterus ini terdiri  dari fundus uteri, yaitu bagian depan. Disini terdapat tempat masuknya  saluran penghubung (tuba fallopi) antara indung telur dan rahim, corpus  uteri (badan rahim) dan serviks uteri (bagian bawah berhubungan dengan  vagina).
Otot yang menyusunnya dari dalam rongga ke luar, yaitu endometrium di  corpus uteri dan endoserviks di serviks uteri, otot polos dan lapisan  luar (serosa). Endometrium ini terdiri dari kelenjar-kelenjar dan  jaringan yang banyak pembuluh darah dan arahnya berkelok-kelok.  Endometrium melapisi seluruh rongga uteri dan mempunyai arti penting  dalam siklus haid.
3. Tuba Fallopi.
Merupakan saluran penghubung antara indung telur (ovarium) ke dalam rahim.
4. Ovarium (Indung Telur).
Wanita pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri. Ovarium  kira-kira sebesar ibu jari tangan dengan panjang 4 cm dan tebal 1,5 cm.  Secara umum, di dalam ovarium terdapat folikel-folikel primordial  (primer) yang berfungsi sebagai perkembangan sel telur (ovum).  Diperkirakan pada wanita terdapat 100.000 folikel primer. Tiap bulan  rata-rata 1 buah folikel akan keluar dan kadang-kadang 2 folikel.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES KELUARNYA SEL TELUR DAN DARAH HAID
Keluarnya sel telur dari ovarium yang terdapat dalam folikel disebut  ovulasi. Banyak hal yang mempengaruhi terjadinya ovulasi dan keluarnya  darah haid, terutama hormon, baik yang dipengaruhi dari otak maupun di  dalam ovarium sendiri. Selain itu juga hormon-hormon lainnya dari  kelenjar gondok, ginjal dan sebagainya. Semuanya itu bekerja sama saling  timbal balik dan harmonis yang berpusat di otak, terutama bagian yang  disebut dengan hipotalamus, dengan mengeluarkan releasing faktor (RF)  untuk mempengaruhi bagian otak yang disebut hipofisis, yang selanjutnya  mempengaruhi pengeluaran hormon-hormon berikutnya. Diantaranya yang  terpenting adalah:
• FSH-RF (Follicle Stimulating Hormone – Releasing Factor).
• LH- RF (Luteinizing Hormone- Releasing Factor).
• PIF (Prolactine Inhibiting Factor, hormon ini berpengaruh pada kelenjar payudara).
• Estrogen dan progesteron yang berasal dari ovarium.
Selain faktor dari hormon tersebut, faktor-faktor luar juga bisa  mempengaruhi kondisi ovulasi dan menstruasi. Misalnya hal-hal yang  bersifat psikologik (kejiwaan) diri seseorang, adanya rangsangan cahaya,  bau-bauan, suhu dan lain-lainnya.
MEKANISME SIKLUS HAID
Pada tiap siklus haid, atas pengaruh RF di hipotalamus, hipofisis bagian  depan mengeluarkan hormon FSH untuk perkembangan folikel primer di  ovarium, yang akhirnya berkembang menjadi folikel sekunder (De Graaf).  Folikel ini menghasilkan hormon estrogen. Dan estrogen ini mempengaruhi  endometrium, sehingga endometrium tumbuh atau berproliferasi. Keadaan  ini disebut masa proliferasi
Selanjutnya, hormon estrogen mempunyai reaksi umpan balik sehingga  menekan produksi FSH, dan akhirnya hipofise bagian depan mengeluarkan  hormon yang ke dua, yakni LH. Dibawah pengaruh LH ini, folikel sekunder  menjadi lebih matang, pada akhirnya mendekati permukaan ovarium dan  kemudian terjadilah ovulasi (ovum atau sel telur dilepas dari ovarium). 
Pada saat ovulasi, kadang-kadang terdapat perdarahan sedikit yang akan  merangsang perut bagian bawah dan menimbulkan rasa nyeri, yang biasa  disebut intermenstrual pain. Kadang pula diikuti sedikit perdarahan pada  vagina. Sisa folikel tadi akan membentuk badan yang disebut korpus  rubrum, juga akibat perdarahan korpus rubrum berwarna kemerahan.
Dibawah pengaruh hormon LH dan LTH (Luteotropic hormone), korpus rubrum  berubah menjadi badan kuning (korpus luteum). Korpus luteum ini  mempengaruhi progesteron yang akan mempengaruhi endometrium yang telah  tumbuh, sehingga menyebabkan kelenjarnya berkelok-kelok dan mengeluarkan  getah (bersekresi). Keadaan ini disebut masa sekresi. Bila tak ada  pembuahan, korpus luteum mengalami kemunduran (degenerasi) dan  mengakibatkan kadar estrogen serta progesteron menurun, sehingga  berpengaruh pada saluran pembuluh darah yang berkelok-kelok di  endometrium tadi. Aliran darah menyempit, dan pada akhirnya endometrium  menjadi jaringan yang mati (nekrotik). Sesudah itu, terjadilah  degenerasi serta perdarahan diikuti pelepasan endometrium. Peristiwa ini  disebut dengan haid atau menstruasi. Tetapi diingat, apabila terjadi  pembuahan (sperma dan ovum bertemu), maka korpus luteum tetap  dipertahankan.
Lamanya siklus haid yang normal, atau yang dianggap sebagai siklus haid  klasik adalah 28 hari ditambah atau dikurangi 2 sampai 3 hari. Siklus  ini dapat berbeda-beda pada wanita yang normal atau sehat. Jadi pada  tiap siklus dikenal tiga masa utama, sebagai berikut:
• Masa haid selama 2-8 hari. Pada waktu itu endometrium dilepas dan pengeluaran hormon-hormon dari ovarium paling rendah.
• Masa proliferasi, setelah masa haid, sampai hari ke 14. Pada waktu itu  endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke 12-14 dapat terjadi  pelepasan ovum dari ovarium yang disebut dengan ovulasi.
• Sesudah masa proliferasi, disebut masa sekresi. Pada saat ini korpus  rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesteron. Dibawah  pengaruh progesteron ini, kelenjar endometrium tumbuh berkelok-kelok dan  mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak. Akhir masa  ini kondisi endometrium memang disiapkan untuk nidasi, yaitu  menempelnya hasil pembuahan dari ovarium melalui tuba fallopi menuju ke  endometrium, dan akhirnya berkembang menjadi kehamilan selanjutnya.
CARA MENILAI ADANYA OVULASI
Cara sederhana untuk menilai, apakah ada ovulasi bisa dinilai dari getah  serviks. Pada hari ke 9-15 siklus haid, getah serviks lebih cair dan  jernih. Bila diambil dari kanalis servikalis (saluran serviks) dengan  pinset getah tersebut tidak terputus-putus sampai sepanjang 10-20 cm.  Bila getah serviks dikeringkan di atas kaca obyek dan dilihat di bawah  mikroskop,maka akan tampak kristalisasi dalam bentuk daun pakis.
Cara yang lain yang mudah dikerjakan sendiri, yaitu dengan melihat suhu  basal wanita. Ukurlah suhu tubuh setiap bangun tidur sesudah haid  berakhir sampai mulainya haid berikutnya. Usaha ini dilakukan sewaktu  bangun pagi sebelum menjalankan kegiatan, makan atau minum. Thermometer  dimasukkan ke dalam dubur atau mulut di bawah lidah selama 5 menit.  Hasil pembacaannya dicatat pada kurva. Dapat dilihat bahwa suhu basal  pada saat menjelang ovulasi turun, kurang dari 24 jam sesudah ovulasi  suhu basal naik lagi sampai tingkat lebih tinggi daripada tingkat  sebelum ovulasi, dan tetap tinggi sampai akan terjadinya haid lagi.  Bentuk grafik suhu basal dengan demikian adalah bifasis dengan dataran  pertama lebih rendah daripada dataran kedua dengan saat ovulasi  diantaranya. Atau bisa dikatakan, pada fase proliferasi suhu pada  tingkat rendah, dan pada fase sekresi pada tingkat lebih tinggi. Suhu  paling rendah pada saat ovulasi dan naik kembali sesudah ovulasi, serta  menetap di sekitar 37 derajat Celcius. Selisih suhu sebelum ovulasi  dengan sesudahnya, paling sedikit 0,4 derajat Celcius. Kenaikan suhu  lebih dari 19 hari menunjukkan kemungkinan telah terjadi pembuahan.  Tetapi ingat, bahwa beberapa faktor dapat menyebabkan kenaikan suhu  basal badan tanpa terjadinya ovulasi, misalnya infeksi, kurang tidur  (istirahat), minum alkohol dan lain-lain.
MENENTUKAN USIA SUBUR
Masa subur yang juga disebut fase ovulasi adalah mulai 48 jam sebelum  ovulasi dan berakhir 24 setelah ovulasi. Sebelum dan sesudahnya, wanita  tersebut berada dalam masa tidak subur. Namun hal ini hanya prakiraan  saja, bukan penilaian pasti, dan biasa dengan siklus haid teratus serta  normal (28 hari ditambah dan dikurangi 2-3 hari).
• Tentukan tanggal keluarnya darah haid pertama.
• Dalam empat belas hari, diperkirakan ada ovulasi atau lebih tepat lagi  jika dibarengi dengan mengukur suhu basal kemudian ditambah atau  dikurangi 2-3 hari.
Sebagai contoh, darah haid keluar tanggal 5, maka diperkirakan ovulasi  pada tanggal 18. Jadi usia subur diperkirakan antara tanggal 15 sampai  21 (dengan rentang penambahan dan pengurangan 3 hari). Jadi, bagi  pasangan suami istri baru yang ingin cepat mendapat buah hati dengan  izin Allah, bisa meningkatkan frekuensi bersanggama pada saat usia subur  ini, tetapi tidaklah terlalu ketat, karena sperma bisa bertahan di  lendir serviks selama 8 hari. 
Kadang sulit juga untuk menentukan secara tepat dari ovulasi. Ovulasi  umumnya terjadi 14 hari ditambah dan dikurang 2-3 hari sebelum hari  pertama haid yang akan datang. Dengan demikian, pada wanita dengan haid  yang tidak teratur saat terjadinya ovulasi sulit atau sama sekali tidak  dapat diperhitungkan. Selain itu ada kemungkinan bahwa wanita dengan  haid teratur, oleh salah satu sebab, misalnya karena sakit, ovulasi  tidak datang pada waktunya atau sudah datang sebelum saat semestinya.
Pada wanita dengan siklus haid tidak teratur, akan tetapi dengan variasi  yang tidak jauh berbeda, dapat ditetapkan masa subur dengan suatu  perhitungan. Dimana siklus haid terpendek dikurangi dengan 11 hari dan  siklus terpanjang dikurangi 18 hari atau diasumsikan pertengahan dari  siklus haid. Untuk dapat menggunakan cara ini, wanita yang bersangkutan  sekurang-kurangnya harus mempunyai catatan tentang lama siklus haidnya  selama 6 bulan, atau lebih baik jika wanita tersebut mempunyai catatan  tentang lama haid selama 1 tahun penuh. Misalkan siklus terpendek 21  hari, maka hari pertama subur hari ke 10 dan siklus terpanjang 35 hari,  maka hari terakhir subur adalah hari ke 17. Wallahua a’lam.
PENUTUP
Apa yang telah diterangkan di atas merupakan teori ilmiah yang  berdasarkan penelitian (sebagian terhadap hewan percobaan), sehingga  belum tentu secara mutlak bisa diterapkan pada manusia. Adakalanya  seorang wanita mandapatkan haid setiap bulannya, tetapi belum tentu sang  wanita tersebut berovulasi (mungkin sudah diciptakan Allah dalam  keadaan mandul), atau sebaliknya saat darah haid tidak keluar, boleh  jadi sang wanita tersebut tetap menghasilkan sel telur. Sehingga seorang  wanita yang belum mendapatkan karunia si buah hati, ataupun mereka yang  sudah mendapatkan momongan apalagi dalam jumlah banyak, tetaplah harus  bersyukur kepada Sang Pencipta, sembari diiringi dengan usaha yang tidak  melanggar syar’i dan tidak lupa berdo’a serta tawakal. Dan yang penting  tetap harus ikhlas menerima takdirNya. Semua akan dipertanggungjawabkan  kepada Sang Khaliq dalam rangka ibadah kepadaNya. (dr. Ira)