Mendidik Anak ala Rasulullah SAW
Posted on 11 Juli 2010 by virouz007    

Banyak  orangtua yang tidak begitu memperhatikan pendidikan agama pada  anak-anaknya sehingga mereka hidup tanpa tuntunan. Padahal agama  memberikan panduan lengkap mendidik anak.
Anak ibarat kertas putih, yang bisa ditulis dengan tulisan apa saja.  Peran orangtua sangatlah vital. Karena melalui orangtualah, anak akan  menjadi manusia yang baik atau tidak.
Rasulullah  SAW, sebagai teladan paripurna, telah memberikan tuntunan bagaimana  mendidik dan mempersiapkan anak. Dan hal yang paling penting adalah  keteladanan dalam melakukan hal-hal yang utama. Inilah yang harus  dilakukan orangtua. Bukan hanya memerintah dan menyalahkan, tapi yang  lebih penting adalah memberikan contoh konkret. Secara simultan hal itu  juga harus ditopang oleh lingkungan, pergaulan, dan masyarakat.
 Pendidikan Islam benar-benar telah memfokuskan perhatian pada  pengkaderan individu dan pembentukan kepribadian secara Islami. Semua  itu dilakukan dengan bantuan lembaga-lembaga pendidikan Islam di dalam  masyarakat tempat ia tinggal. Dan lembaga pendidikan Islam paling dini  adalah orangtua dan keluarga, yang berperan sebagai madrasah pertama  dalam kehidupan individu.
Selain itu juga masjid, sebagai lembaga agama yang berperan mendidik  individu dalam meningkatkan kualitas iman kepada Allah SWT dan  menumbuhkan perilaku baik di dalam dirinya. Juga sekolah, sebagai  lembaga pendidikan yang berperan membekali individu dengan  keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki dalam kehidupan ini.
 Seorang anak menjalankan seluruh kehidupannya di dalam lingkungan  keluarga, maka keluarga sangat bertanggung jawab dalam mengajari anak  tentang berbagai macam perilaku Islami. Keluarga juga bertanggung jawab  untuk membekali anak dengan nilai-nilai pendidikan sosial yang baik.
 Yang harus diperhatikan dan sangat penting dalam kehidupan anak yaitu  pendidikan aqidah, lalu pendidikan rukun iman, pendidikan ibadah, dan  pendidikan akhlaq. Sangat penting diajarkan kepada anak bahwa  sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempunyai akhlaq yang mulia. Dan  itu juga ditopang dengan contoh yang mereka temukan di dalam keluarga  dan lingkungan.
 Setiap anak muslim hendaknya diajari untuk selalu berakhlaq baik,  seperti sikap ihsan, amanah, ikhlas, sabar, jujur, tawadhu, malu, saling  menasihati, adil, membangun silaturahim, menepati janji, mendahulukan  kepentingan orang lain, suci diri, dan pemaaf.
 Akhlaq yang baik merupakan fondasi dasar dalam ajaran Islam. Dan  akhlaq yang baik diperoleh dengan berjuang untuk menyucikan jiwa,  mengarahkannya untuk berbuat , dan menjauhkan diri dari perbuatan dosa  dan maksiat. Oleh karena itu perbuatan ibadah tidak lain merupakan  sarana untuk mencapai akhlaq yang baik. Dalam hal ini Rasulullah SAW  adalah contoh yang paling baik, teladan yang paripurna, dunia akhirat.
 Allah SWT berfirman; 
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS Al Qalam:4).
 Rasulullah SAW bersabda; 
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq.” (HR Al-Bukhari). 
• Ihsan
Ihsan adalah perbuatan manusia dalam melaksanakan seluruh ibadahnya  secara baik dan menjalankannya secara benar. Perbuatan ihsan juga  terdapat dalam bentuk interaksi dengan siapa pun makhluk Allah SWT.  Ihsan mempunyai beberapa pengertian: Bersungguh sungguh dalam belajar  dan profesional dalam bekerja. Membalas keburukan orang-orang yang  berlaku salah dengan kebaikan atau menerima permintaan maaf dari mereka.  Menjauhkan diri dari perilaku balas dendam dan memendam amarah (Setiap  anak didik harus belajar memaafkan orang lain dan memberikan nasihat  yang baik dengan penuh hikmah). Mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW  dalam memiliki nilai moral yang tinggi dan menjadikannya contoh utama  dalam kehidupan ini.
 Sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya Allah menyuruh  kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat,  dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemunkaran, dan permusuhan. Dia  memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (OS An-Nahl: 90).
 Rasulullah SAW juga bersabda, “Sesungguhnya Allah telah  mewajibkan berbuat balk dalam berbagai hal. Seandainya kalian membunuh,  bunuhlah dengan cara yang baik; dan seandainya kalian menyembelih,  sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya salah seorang di antara  kalian mempertajam mata pisaunya dalam membunuh binatang sembelihannya.”  (HR Muslim).
• Amanah
Amanah adalah menyampaikan hak hak kepada orang yang memilikinya tanpa  mengulur-ulur waktu. Sikap amanah dalam dunia ilmu pengetahuan berarti  belajar dengan tekun dan rajin, sedangkan sikap amanah dalam  berinteraksi dengan sesama manusia adalah dengan menjaga rahasia-rahasia  mereka.
Sebelum Rasulullah SAW menjadi nabi, masyarakat Jahiliyah yang hidup di  sekitar Rasulullah SAW selalu menjuluki beliau dengan kata-kata Al-Amin,  “orang yang terpercaya”. Itu karena para rasul memang memiliki sikap  amanah, begitu pula dengan hamba-hamba Allah yang shalih.
 Allah SWT berfirman dalam surah An-Nisa, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.”
 Rasulullah SAW bersabda, “Jadilah kalian orang yang amanah  bagi orang orang yang telah mempercayaimu, dan janganlah kalian  mengkhianati orang yang mengkhianatimu.” (HR Daraquthni).
• Ikhlas
Seorang anak harus diajari untuk berbuat ikhlas, baik dalam melaksanakan  pekerjaannya maupun proses belajarnya. Semua itu harus mereka  laksanakan dengan ikhlas, demi mendapatkan ridha Allah SWT. Jangan  sampai perbuatan tersebut dilandaskan pada sifat munafik, riya’, atau  hanya mendapatkan pujian dari orang-orang.
• Sabar
Seorang anak harus belajar bahwa kesabaran adalah mendapatkan sesuatu  yang tidak disenangi dengan jiwa yang lapang dan bukan dengan kemarahan  atau keluhan. Sikap sabar dapat termanifestasi melalui sikap, baik dalam  melaksanakan ibadah maupun muamalah, serta menjauhkan diri dari  perbuatan dosa dan maksiat.
 Oleh karena itu seorang mualim yang sabar akan menerima hal buruk dan siksaan terhadap dirinya dengan sikap yang tetap sabar.
 Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman,  bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga  di perbatasan negerimu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu  beruntung.” (QS Ali Imran: 200).
 Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman, “Sesugguhnya hanya orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas.” (QS Az-Zumar: 10).
 Rasulullah SAW bersabda, “Betapa menakjubkannya perkara  orang-orang beriman, segala perkara mereka baik, dan hal itu tidak  didapatkan kecuali oleh orang beriman. Apabila mendapatkan kebahagiaan,  ia akan bersyukur dan itu adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Begitu  pula apabila ditimpa kesedihan, ia akan bersabar dan hal itu adalah yang  terbaik bagi dirinya.” (HR Muslim).
• Jujur
Dalam menjalankan ibadah, muamalah, baik dalam bentuk perkataan maupun  perbuatan, seorang mualim hendaklah berlaku jujur,hanya untuk  mengharapkan ridha Allah SWT.
 Seorang anak hendaknya diajarkan untuk memiliki sifat jujur, baik di  dalam perkataan maupun perbuatannya, sehingga setiap ucapan yang keluar  dari mulutnya sesuai dengan realitas yang ada. Tidak berbohong di  hadapan orang lain, karena sifat bohong adalah satu ciri orang munafik.
 Sifat jujur akan mendatangkan keberkahan dalam rizqi serta dapat  membantu seseorang mualim untuk meraih nurani yang tenteram dan jiwa  yang damai.
 Allah SWT berfirman dalam AlQuran, “Di antara orang-orang  mukmin itu ada orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada  Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada  pula yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikit pun tidak mengubah  janjinya.” (QS AlAhzab: 23).
 Rasulullah SAW bersabda, “Hendaknya kalian berlaku jujur.  Karena kejujuran akan menunjukkan seseorang pada perbuatan baik, dan  perbuatan baik akan membawa seseorang kepada surga.
Seseorang yang memiliki sifat jujur dan terus mempertahankan  kejujurannya, di sisi Allah akan tercatat sebagai orang yang jujur. Dan  hendaknya kalian menjauhkan diri dari sifat bohong. Karena kebohongan  akan menyeret seseorang pada dosa, dan dosa akan mengantar manusia ke  pintu neraka. Seseorang yang berbuat bohong dan masih terus melakukan  kebohongan, di sisi Allah akan tercatat sebagai pembohong.” (HR Muslim).
• Tawadhu’
Seorang anak hendaknya diajari bahwa tawadhu’ atau rendah hati hanya  dapat dicapai dengan menjauhkan diri dari sifat sombong di hadapan hamba  Allah yang lain. Jalinlah hubungan dengan fakir miskin, karena doa  mereka mustajab. Dan bergaullah dengan baik dengan siapa saja.
 Usahakan untuk menjauhkan diri dari sikap angkuh, mengagung-agungkan  diri, baik dengan memperlihatkan harta, mahkota, maupun ilmu  pengetahuan. Jangan suka dengan puji-pujian yang berlebihan atau  penghormatan di luar batas.
 Salah satu sikap tawadhu’ Rasulullah SAW, beliau sangat tidak suka  orang-orang memberikan pujian kepada beliau atau berdiri untuk memberi  penghormatan kepada beliau. Tidak hanya itu, Rasulullah SAW juga tidak  pernah membedakan diri beliau dengan para sahabat beliau sehingga beliau  pun mengerjakanapa yang para sahabat kerjakan. Rasulullah pun terbiasa  bercanda dengan para sahabat, mendatangi mereka, bermain dengan  putra-putra mereka, dan memulai untuk mengucapkan salam atau menjabat  tangan para sahabat terlebih dahulu.
 Allah SWT berfirman dalam surah Al Furqan: 63, “Dan  hamba-hamba yang baik dari Tuhan, Yang Maha Penyayang, adalah  orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati; dan apabila  orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang  mengandung keselamatan.”
 Begitu juga dalam firman lainnya. “Negeri akhirat itu Kami jadikan  untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat  kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah untuk  orang-orang yang bertaqwa.” (QS Al-Qashash: 83).
• Malu
Seorang anak hendaknya diajari bahwa malu adalah bagian dari iman, yang  dapat mendekatkannya pada kebaikan dan menjauhkan dari keburukan.
 Sikap malu akan mencegah seorang mualim untuk melakukan perbuatan  dosa. Selain itu juga akan menjadikan seorang mualim untuk berbicara  benar dalam berbagai kondisi. Rasulullah SAW adalah orang yang,sangat  pemalu, sehingga beliau tidak pernah berbicara kecuali yang baik-baik  saja.
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa tidak memiliki rasa malu, maka ia tidak memiliki keimanan.” (HR Bukhari Muslim).
• Saling Menasihati
Seorang anak hendaknya diajari bahwa nasihat adalah perkataan yang  tulus, terlepas dari maksud-maksud tertentu ataupun hawa nafsu. Maka  seorang mualim hendaknya memberikan nasihat kepada mualim lainnya.  Karena nasihat dapat melepaskan seseorang dari api neraka. Sering  memberi nasihat juga bagian dari akhlaq para nabi dan rasul.
 Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ashy ayat 3, “Demi masa,  sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali  orang-orang yang beriman dan mengerjakan aural shalih dan  nasih-menasihati supaya menetapi kesabaran.”
 Rasulullah SAW juga bersabda, “Agama adalah sebuah nasihat.”
 Para sahabat bertanya, “Bagi siapa, wahai Rasulullah?”
 Rasulullah menjawab, “Bagi (milik) Allah, para rasul, dan seluruh kaum mualimin.” (HR Muslim).
• Adil
Seorang anak haruslah diajari bahwa keadilan adalah sifat utama, yang  mana seseorang menempatkan sesuatu pada tempatnya. la haruslah  menjunjung tinggi sifat kebenaran dan membela mereka yang terzhalimi.
 Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan….” (QS An-Nahl: 90).
 Rasulullah SAW bersabda, “Orang orang sebelum kalian telah  hancur; karena apabila mereka yang terhormat mencuri, mereka akan  membiarkannya, tetapi apabila ada orang lemah yang mencuri, mereka  menerapkan hukum kepadanya.” (HR Al-Bukhari).
• Membangun Silaturahim
Silaturahim adalah berbakti dan berbuat baik kepada orangtua serta kaum  kerabat. Di samping itu juga menjaga hak-hak para tetangga dan  orangorang lemah. Semua itu dilakukan untuk mempererat ikatan hubungan  di antara keluarga dan untuk menumbuhkan rasa cinta di antara manusia.  Yang termasuk dalam bagian silaturahim adalah berlaku baik dan sopan  ketika bertemu dengan kaum kerabat, serta menyambut kedatangan mereka  dengan suka cita.
 Silaturahim juga dapat diartikan sebagai mendekatkan diri kepada  Allah SWT melalui cara mengikatkan tali kekeluargaan, menyambut  kedatangan para tetangga dengan suka cita, dan menampakkan wajah senang  ketika bertatap muka dengan mereka.
 Tidak hanya itu, silaturahim juga dapat termanifestasi melalui  menjenguk orang yang sakit, dan membantu meringankan beban mereka.
 Allah SWT berfirman, “Dan orangorang yang menghubungkan  apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mereka takut  kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS Ar-Ra’d: 21).
• Menepati Janji
Tanamkan rasa percaya kepada anak bahwa menepati janji yang telah  dibuatnya merupakan salah satu tanda orang beriman, dan Allah SWT  menyukai hal itu. Kalau ia tidak mampu menepatinya, ajarkan pula untuk  minta maaf.
 Menyalahi janji termasuk dalam kategori perbuatan hina, karena  perbuatan itu hanya akan menghilangkan kepercayaan dan rasa hormat.
 Tidak hanya itu, perbuatan tersebut juga akan melahirkan kemurkaan Allah. Allah SWT berfirman, “Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya.” (QS Al-Isra: 34).
• Mendahulukan Kepentingan Orang Lain
Ikhlas berkorban dan mendahulukan kepentingan orang lain termasuk dalam  perbuatan-perbuatan yang utama dalam ajaran Islam. Sikap ini  terimplementasi dalam bentuk mencintai orang lain, melayani kebutuhan  kaum mualimin, berkorban demi kepentingan mereka, dan memiliki keyakinan  bahwa ikatan persaudaraan dalam Islam dan mendahulukan kepentingan  sesama saudara mualim merupakan akhlaq mulia.
 Oleh karena itu marilah bersegera melaksanakan perbuatan wajib demi  mendapat ridha Allah SWT tanpa harus menunggu ucapan terima kasih. Dan  mulailah mendahulukan kepentingan orang lain, karena sifat itu dapat  membebaskan seorang mualim dari sifat egois.
 Allah SWT berfirman, “Dan mereka mengutamakan (orang  Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan spa  yang mereka berikan itu. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran  dirinya, mereka itulah orang yang beruntung.” (QS Al-Hasyir: 9).
 Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah beriman seseorang sebelum mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.”
 Mari kita ajarkan kepada anak-anak kita untuk berkasih sayang dengan  sesama, terutama kepada orang-orang lemah dan tertindas. Tidak  merendahkan atau menyakiti, apalagi mencela mereka. Hendaklah kita  selalu bersikap lemah lembut kepada makhluk Allah yang lain. Kasih  sayang akan mendatangkan cinta dan menyatukan hati. Sikap keras hanya  akan memisahkan hati dan menumbuhkan kebencian.
 Marilah kita membiasakan diri untuk meminta maaf kepada orang lain,  memberikan pertolongan dan manfaat untuk sesama dan menjadikan  Rasulullah SAW sebagai suri tauladan.
 Allah SWT berfirman, “Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan sating berpesan untuk berkasih sayang….” (QS Al-Salad 17).
 Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa tidak mengasihi, maka tidak akan dikasihi.” (HR Bukhari Muslim).
• Suci Diri
Islam adalah agama yang mengajarkan kebersihan. Islam sangat  menganjurkan kepada setiap individu mualim agar selalu menjaga  kebersihan badan, pakaian, dan tempat tinggal masingmasing.
 Seorang mualim hendaknya menyucikan diri dari najis dan kotoran yang  menempel pada pakaian atau badan, karena ketika menghadap Allah SWT  seseorang diharuskan bersuci. Ajaran Islam menganjurkan mempergunakan  pakaian yang bersih dan yang terbaik untuk bersujud menghadap Allah SWT.
 Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila  kamu hendak mengerjakan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai  siku, dan sapulah kepalamu, dan basuhlah kakimu sampai dengan kedua mata  kaki; dan jika kamu junub, mandilah.” (QS AI-Maidah: 6).
• Pemaaf
Sifat utama lain yang kita ajarkan kepada anak-anak adalah murah hati, pemaaf, dan berani karena benar.
• Pengetahuan ihwal Akhlaq yang Buruk
Kita juga harus memberi tahu kepada anak-anak kita ihwal akhlaq yang  buruk. Diharapkan dengan pengetahuan itu anak-anak bisa menghindar dari  hal tersebut.
 Sifat yang jelek itu seperti ghibah atau ngerumpi, yakni membicarakan  keburukan-keburukan saudaranya sesama mualim dan orang yang dibicarakan  itu tidak ada di hadapannya. Perbuatan ghibah itu bisa dalam bentuk  perkataan, perbuatan, isyarat, ataupun sindiran.
 Kemudian namimah, yaitu perbuatan seseorang yang menukil perkataan  seseorang dan kemudian menyampaikannya kepada orang lain dengan tujuan  mengobarkan api permusuhan di antara kedua orang tersebut.
 Akhlaq tercela lainnya seperti riya’, hasad, ucapan keji, sombong, penyindir, pemalas, marah, kikir, bohong, tamak.
 Mereka yang berakhlaq baik biasanya hatinya akan dicondongkan kepada  ajaran agama. Mudah bagi mereka menerima nasihat, dan selalu melakukan  evaluasi diri. Anak-anak yang tumbuh di tengah keluarga yang istiqamah  mengerjakan perintah Allah SWT dan menghindari larangan-Nya insya Allah  akan selalu dituntun-Nya dalam pendidikan dan kasih sayang-Nya.
Semoga bermanfaat
 Silahkan 
SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat 
 Sumber : madinatulilmi